BERSAMA KITA BISA MENUJU REVOLUSI 4.0 YANG LEBIH BAIK (Artikel)


BERSAMA KITA BISA MENUJU REVOLUSI 4.0 YANG LEBIH BAIK
Oleh : Desi Hafizah Khoiria

Revolusi industri 4.0 pertama kali dikemukakan oleh Profesor Klaus Schwab menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara hidup manusia, bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama, dan bekerja. Kita lihat di zaman sekarang adanya peran teknologi dan manusia yang tidak bisa dipisahkan, teknologi menjadi aspek seluruh kehidupan manusia dan memudahkan manusia dalam pekerjaannya. Hal ini sangat menguntungkan untuk negara Indonesia apalagi dalam perekonomiaan yang sangat membantu manusia dalam memproduksi suatu barang baik itu sandang, papan, dan pangan.
Akan tetapi disisi lain perkembangan teknologi yang semakin cepat ini akan membuat manusia punah di gantikan oleh teknologi dan dapat membuat kacau dalam tatanan masyarakat. Hal yang paling di takutkan oleh manusia adalah hilangnya lapangan pekerjaan. BPS (Badan Pusat Statistika) menjelaskan bahwa pengangguran pada tahun 2019 sebesar 5,01 persen atau 6,83 juta orang. Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi para sarjana Indonesia agar dapat bersaing di dunia global. Oleh karena itu, di era revolusi industri 4.0 saat ini penting sekali mahasiswa mengasah softskill yang dapat mengembangkan inovasi dan akan memunculkan kreatifitas-kreatifitas di masa yang akan datang.
Sehingga ketika lulus nantinya para mahasiswa dapat bersaing dan bisa membuka lapangan pekerjaan. Peran perguruaan tinggi juga sangat penting dalam penumbuhan softskill mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mohamad Nasir selaku Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang mengatakan bahwa mahasiswa merupakan pemeran utama dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang materi yang monoton saja menyebabkan mahasiswa bosan, akan tetapi di iringi pelatihan-pelatihan softskill untuk mahasiswa. Pentingnya kerjasama antara perguruan tinggi dan pemerintahan dalam mencetak mahasiswa yang kreatif dan inovatif.
Disisi lain ada satu faktor yang mendukung menurut saya, bentuk keuntungan besar di era revolusi industri 4.0 ini yakni sistem boss akan diganti menjadi unboss, semua akan menjadi boss dimanapun dan kapanpun, semua akan bekerja secar efektif dan efisien. Misalnya, beberapa startup baru seperti Traveloka, Go-Jek, Shoppe dan lain-lain. Sistem pembelajaran pun akan menjadi mudah tidak harus berkumpul di satu tempat yang sama, akan tetapi melalui media sosial semuanya bisa belajar. Rumah bisa dijadikan sekolah, semuanya akan dipertemukan dalam satu jaringan. 
Menyikapi hal itu, PMII tidak perlu takut dan apatis terhadap media, karena sudah sejatinya merupakan perkembangan teknologi. Kehadiran teknologi baru ini memang bisa menjadi ancaman, tapi juga bisa menjadi kesempatan bagi PMII, yaitu kesempatan berpartisipasi untuk ikut memainkan peran di media. PMII dituntut untuk menjadi subjek, tidak selalu menjadi objek. PMII harus mengembangkan medianya sendiri, membangun gerakan di media sosial, baik ideologi, pandangan, gagasan atas problem sosial dan penyebaran ajaran Islam yang penuh kasih dan kedamaian. Hal ini karena banyak sekali tantangan di media sosial yang dihadapi PMII, baik dalam politik, sosial maupun keagamaan.
Pentingnya kader PMII mempunyai inovasi yang lebih baik lagi. Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan inovasi. Pertama, dalam aspek perencanaan kader PMII lebih mudah mendapatkan informasi seputar perkembangan bangsa, kader PMII tidak usah mencari data-data yang di perlukan. Sangat mudah di era sekarang dalam mencari data bagi siapa pun termasuk mahasiswa dalam mengakses segala bentuk informasi-informasi/ berita-berita. Maka dengan kemudahan teknologi tersebut kader PMII bisa lebih menata rapi pergerakannya sehingga terencana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kemudahan akses informasi mahasiswa juga harus dapat menyaring segala informasi supaya tidak terjebak  dengan informasi yang palsu.
Kedua, di era revolusi 4.0 memberikan kemudahan untuk kader PMII terkait penyusunan strategi dalam penyebaran isu-isu sentral kepada masyarakat. Adanya kemajuan teknologi dan informasi membantu kader PMII lebih mudah dalam bergerak dan lebih cepat dalam mempropogandakan permasalahan-permasalahan ataupun isu-isu rakyat yang ingin disuarakan kepada pemerintah. Sehingga permasalahan-permasalahan yang ingin disuarakan kepada pemerintah dapat lebih mudah disampaikan kepada masyarakat.
Selain itu, memudahankan bagi pergerakan kader PMII dalam menggalang massa untuk terjun aksi. Di zaman yang berbasis kemajuan teknologi dan informasi berbasis internet ini membuat kader PMII lebih mudah dalam menggalang massa. Tindakan ini bisa dilakukan dengan mempropogandakannya melalui media sosial yang ada. Sehingga dalam melakukan aksi tidak perlu repot-repot menguras banyak tenaga. Hanya dengan memberikan pesan seruan ajakan aksi ke semua akun media sosial maka beritanya akan cepat menyebar dan manfaat lainnya juga cangkupan jaringannya bisa jauh lebih luas.
Dari beberapa paparan diatas menyimpulkan bahwa gerakan mahasiswa akan lebih mampu untuk memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat sesuai dengan perkembanagan zaman kedepannya. Akan tetapi, masalahnya semua itu tidak akan pernah terwujud ketika faktor internal gerakan mahasiswa ini belum dibenahi, yakni masalah gerakan mahasiswa yang belum ada rasa solidaritas dan mudah dipecah belah. Oleh karena itu, ketika kita bersatu dan mempunyai solidaritas yang tinggi antar kader maka kita dapat memanfaatkan semua peluang  yang ada dengan bersama-sama. Kader PMII harus mampu mengembangkan potensi diri dengan organisasi dalam mengadapi perubahan zaman.  PMII adalah ruang bagi pengembangan kreativitas dan inovasi yang mampu menjawab perkembangan zaman yang semakin maju. Kader PMII kedepannya tidak boleh gagap dalam menyikapi revolusi 4.0.
Semangat pergerakkanku, Bersama Kita Bisa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS DIRI

SEJARAH DAN KEORGANISASIAN PMII

Analisis Sosial